Lembaga Biologi
Molekul Eijkman bekerja sama dengan Bagian Obstetri danGinekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit CiptoMangunkusumo sejak
November 2001 mengembangkan klinik genetik untuk mendeteksisecara dini sejumlah
penyakit genetik yang menimbulkan gangguan pertumbuhan fisikmaupun retardasi
mental seperti antara lain, talasemia dan sindroma down. Kelainan inibisa
diperiksa sejak janin masih berusia beberapa minggu. Talasemia adalah penyakit keturunan di mana
tubuh kekurangan salah satu zatpembentuk hemoglobin (Hb) sehingga mengalami
anemia berat dan perlu transfusi darahseumur hidup. Sedangkan sindroma down
adalah kelebihan jumlah untaian di kromosom21 sehingga anak tumbuh dengan
retardasi mental, kelainan jantung, pendengaran danpenglihatan buruk, otot
lemah serta kecenderungan menderita kanker sel darah putih(leukemia).
Dengan
mengetahui sejak dini, pasangan yang hendak menikah, atau pasanganyang salah
satunya membawa kelainan kromosom, atau pasangan yang mempunyai anakyang
menderita kelainan kromosom, atau penderita kelainan kromosom yang sedanghamil,
atau ibu yang hamil di usia tua bisa memeriksakan diri dan janin
untukmemastikan apakah janin yang dikandung akan menderita kelainan kromosom
atau tidak,sehingga mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan apakah
kehamilan akanditeruskan atau tidak setelah mendapat konseling genetik tentang
berbagai kemungkinanyang akan terjadi.
Di bidang
talasemia, Eijkman telah memiliki katalog 20 mutasi yang mendasaritalasemia
beta di Indonesia, 10 di antaranya sering terjadi. Lembaga ini juga
mempunyaiinformasi cukup mengenai spektrum mutasi di berbagai suku bangsa yang
sangat bervariasi. Talasemia merupakan penyakit genetik terbanyak di dunia
termasuk diIndonesia.
Lembaga Biologi
Molekul Eijkman bekerja sama dengan PT Bio Farma (BUMNDepartemen Kesehatan yang
memproduksi vaksin) sejak tahun 1999 mengembangkan vaksin Hepatitis B
rekombinan, yaitu vaksin yang dibuat lewat rekayasa genetika. Selain itu
Lembaga Eijkman juga bekerja sama dengan PT Diagnosia Dipobiotek
untukmengembangkan kit diagnostik.
Kasus kelumpuhan
distrofi (Duchenne Muscular Dystrophy) yang menurun kinidapat dikurangi tingkat
keparahannya dengan terapi gen. Kelumpuhan ini akibatketidaknormalan gen
distrofin pada kromosom X sehingga hanya diderita anak laki-laki.Diperkirakan
satu dari 3.500 pria di dunia mengalami kelainan ini. Dengan memperbaiki
susunan ekson atau bagian penyusun RNA gen tersebutpada hewan percobaan tikus,
terbukti mengurangi tingkat kelumpuhan saatpertumbuhannya menjadi dewasa.
Gen distrofin
pada kasus kelumpuhan paling sering disebabkan oleh delesi atauhilangnya
beberapa ekson pada gen tersebut. Normalnya pada gen atau DNA distrofinterdapat
78 ekson. Diperkirakan 65 persen pasien penderita DMD mengalami delesidalam
jumlah besar dalam gen distrofinnya. Kasus kelumpuhan ini dimulai pada ototprosima
seperti pangkal paha dan betis. Dengan bertambahnya usia kelumpuhan akanmeluas
pada bagian otot lainnya hingga ke leher. Karena itu dalam kasus kelumpuhanyang
berlanjut dapat berakibat kematian.
Teknologi
rekayasa RNA seperti proses penyambungan (slicing) ekson dalamsatu rangkaian
terbukti dapat mengoreksi mutasi DMD. Bila bagian ekson yang masihada disambung
atau disusun ulang, terjadi perubahan asam amino yang membentukprotein. Molekul
RNA mampu mengenali molekul RNA lainnya dan melekat dengannya(Aprijani
dan Elfaizi, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar